Senin, 26 Oktober 2015

GROW YOUR DISCIPLINE

Pernah ngga, kamu janjian sama temen, terus dikibulin? Kamu janjian jam delapan pagi. Kamu udah dating tepat waktu. Tapi ternyata, teman kamu baru dating dua jam berikutnya. Kamu udah kusut banget nungguin dia.

Gimana perasaan kamu?

Pasti gemesnya minta ampun. Pengen teriak, pengen marah-marah, pengen ngedumel sampai puas, pengen ninggalin gitu aja, dan pengen-pengen lainnya.

Apalagi kalau yang ditungguin itu orang special atau orang yang benar-benar kamu butuhkan keberadaannya saat itu juga.

Hihihi…., emang enak jadi korban orang lelet?

Emang, kawan, orang lelet itu nyebelin tingkat dewa. Dia ngga ngerti bahwa waktu begitu berharga.
Nah, loh ? gimana coba?

Males banget ya, ngorbanin waktu kita berjam-jam hanya untuk nungguin orang yang lelet!
Jadi, kawan on time alias tepat waktu itu sangat perlu kita terapkan dalam kehidupan kita.
Shalat aja ada batas waktunya, kok. Kalau kita telat, kita akan masuk waktu shalat lainnya.

Ngga Cuma shalat doang kawan. Nyerahin zakat fitrah juga ada batas waktunya. Kalau ada orang nyerahin zakat setelah shalat Idul Fitri, sekalipun dia ngotot itu adalah zakat fitrah, tetap aja itu ngga bisa dinamakan sebagai zakat fitrah.

Aduh, ribet banget orang begitu! Udah tlat, ngotot lagi. Jangan sampai kita jadi orang seperti itu.
Selain kita bakal kehilangan momen-momen berharga, kita juga ngga disukai oleh orang lain karena dianggap merugikan.

Sebenernya, yang terpenting bukanlah dapat berbuat apapun pada saat kapan pun, akan tetapi dapat melaksanakan segala sesuatu pada waktu yang telah ditetapkan.

Percuma saja, walaupun kita kelihatan mengagumkan, namun jika kita tidak menghargai ketepatan waktu. Dandanan kita udah kelihatan perfect banget, tapi gara-gara sibuk dandan, kita bikin teman kita nunggu begitu lama.

Udah deh, ngga perlu ribet jadi orang. Itu sama sekali bukan ajaran islam. Mau melangkah aja masih harus muter-muter dulu. Harus begini, harus begitu. Ujung-ujungnya, ngga jadi melangkah.

Kalau kita melangkah, maka langkah itu udah telat. Kita udah ketinggalan kereta!

Kalau kita emang kita punya agenda, maka buatlah estimasi yang tepat. Kira-kira, apa saja yang harus kita lakukan agar pada saat tiba agenda itu dilaksanakan, maka kita sudah dalam keadaan siap.

Udah tahu pagi ada kuliah, eh… malah masih di atas tempat tidur. Masih pencet-pencet hp lagi! Terus, kamu sok kaget, lihat jam udah lewat jam delapan.

Akhirnya kamu buru-buru mandi. Padahal, belum sarapan, isi bensin, isi pulsa. Belum lagi masih terhalang banyak lampu merah. Belum lagi ini… belum lagi itu.

Lha terus, nyampe kelas jam berapa? Bisa-bisa, semua udah pada buyar, kamu baru aja datang, cengar-cengir kayak kuda. Terus kamu bilang kedosenmu,  “maaf, bu, saya terlambat. Tadi macet…”
Ah.., basi!

Orang yang ngga on time, akan sulit ber-astabiqul khairat alias berlomba-lomba dalam kebaikan.
Dalam hal apapun. Lelet sangat merugikan. Dalam islam, ngga ada satu pun dalil yang bolehin, apalagi nganjurin kita untuk ngga on time.

Allah Swt. Berfirman:
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal didunia melainkan sebentar saja di waktu sore atau pagi hari.” (QS. An-Naazi’aat [79]:46).

Kesadaran bahwa terlambat akan membuatnya kehilangan berbagai macam hal.

Bukan hanya kehilangan kesempatan berharga, tapi juga ia sadar, tatkala ia sudah terjebak pada keterlambatan yang dibuatnya sendiri, maka di situlah ia akan dirambati sesal.

Ketika adzan subuh berkumandang, orang yang on time, akan melakukan berbagai cara untuk mengkondisikan dirinya bisa bangun tepat waktu. Ia sudah tahu, bahwa diwaktu subuh, ada tanggung jawab yang harus ia tunaikan. Sengantuk apa pun, secapek apa pun, semalas apa pun, tanggung jawab harus dikerjakan.

Orang yang on time pasti akan berikhtiar dengan menyalakan jam beker, membunyikan alarm, membuat komitmen kuat dengan diri sendiri bahwa ia bersedia bangun ketika tiba waktu subuh, bukan malah menunda alarm sampai jam tujuh.

So, kawan, mulailah untuk memantapkan hati ddengan menumbuhkan keyakinan kuat-kuat bahwa kita harus selalu on time dalam kegiatan apapun.

Panggilan shalat subuh adalah panggilan Alllah. Tak bisa ditawar-tawar. Memang ada durasi waktu melaksanakan shalat. Tapi, orang yang shalatnya lebih awal, jelas poin pahalanya beda, dong. 

Sekalipun sama-sama menunaikan ibadah shalat, tapi karena startnya beda, valuenya juga beda.

On time berarti disiplin!

Ketahuilah kawan, bahwa disiplin merupakan ajaran islam yang sangat penting. Sebagai buktinya, dalam beberapa ayat, Allah menggunakan waktu sebagai sumpah. Itu artinya, waktu adalah hal yang tidak bisa ditanggapi remeh. Sumpah sendiri adalah komitmen yang tidak bisa dilalaikan. Sumpah wajib ditunaikan.

Allah Swt. Berfirman :
“Demi masa. sesungguhnya, manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr [103]:1-3).
“Demi malam, apabila menutupi (cahaya siang) dan siang apabila terang benderang.” (QS.al-lail[92]:1-2).

Rasulullah Saw. Bersabda:
“Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lain. Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, sempatmu sebelum sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.”(HR.Baihaqi).

Dalil-dalil dari al-Qur’an dan hadits tersebut harusnya memahamkan kita bahwa hidup di dunia ini berbatas. Tiap manusia punya batasan usia masing-masing, dan tak satu pun mengetahui batas itu.

Batas tersebut juga sangat misterius. Kapan saja bisa datang. Tak peduli berapapun usia seseorang, jika batas sudah datang, maka tak akan bisa ditunda. Batasan itu tidak lain adalah kematian.

Untuk menikmati aktivitas hidup, bukan berarti kita santai-santai ngga jelas, kawan. Kita ngga bisa pakai ukuran yang penting kita happy.

Supaya ngga stress, kita memang harus mengondisikan diri untuk selalu enjoy.
Tapi, enjoy yang gimana dulu nih. Jangan sampai enjoy kita kebablasan. Kita hidup berdampingan dengan banyak orang. Kita juga terikat berbagai kegiatan dan kepentingan dengan orang lain.

Kalau pakai pola kebablasan, ya… ujungnya kita akan melanggar kenyamanan dan kepentingan orang lain.

Cobalah mulai sekarang untuk memprioritaskan waktu. Ingatlah baik-baik, kapan saatnya kita harus melakukan kewajiban kita dan kapan saatnya kita menggunakan hak kita.

Ukurlah dengan baik dan gunakan porsi yang tepat. Gimana caranya menerapkan?

Pertama, hargailah janji
Kedua, jadikan diri kita disiplin dalam setiap kegiatan.
Ketiga, buatlah estimasi yang tepat sebelum melakukan kegiatan.

Nah, kalau sudah melakukan tiga hal itu, kita akan seperti seorang pemanah yang membidik objek secara tepat sasaran. Semua pas dan tepat guna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar