Setiap
orang tentu mempunyai keinginan, karena salah satu tanda kehidupan adalah
adanya keinginan. Bahkan, keinginan tersebut berupa kematian, hal itu
menunjukan adanya kehidupan. Begitu juga saat seseorang sedang tidak ingin apa-apa,
sejatinya ketidakinginan itu pun merupaka suatu keinginan.
Beragam
harapan, keinginan, dan impian dalam diri seseorang menjadikannya dinamisdan
berkembang sesuai dengan keinginannya, yang diwujudkan dalam tindakan nyata.
Ketika seseorang ingin mendapat kekayaan, ia mencurahkan waktu, pikiran, dan
tenaganya untuk mewujudkan keinginan tersebut, seolah-olah malam dijadikan
siang, kepala dijadikan kaki dan darah menjadi keringatnya. Itulah pengaruh
kuatnya keinginan terhadap tindakan dan pikirannya.
Bagi
seorang mukmin, segala keinginan yang berkecamuk dalam dirinya tidak akan serta
merta membutakannya. Sebab, mukmin sejati paham bahwa segala harapan dan
keinginan harus dilandasi dengan sesuatu yang mampu menjinakan keinginannya.
Karena ia tahu betul ada dzat yang menentukan segalanya. Dan, landasan utama
dalam setiap harapan serta keinginan itu adalah Allah swt.
Ketika
seseorang memiliki harapan, kemudian ia menyandarkan harapan tersebut pada
Allah swt, maka itulah doa.
ARTI
DOA
Doa
berasal dari kata “da’a-yad’u-da’watan”, yang secara harfiah berarti meminta .
dalam kitab subulus salam menyatakan bahwa secara umum, kata doa digunakan bagi
anjuran untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya, “da’autu fulanan” yang berarti
saya memohon bantuan si fulan atau saya meminta kepada si fulan.
Sementara
itu, muhyidin ibn ‘arabi, seorang sufi dari mursia, spanyol, memaparkan kata
doa dengan istilah “as-sual”yang berarti permohonan. Doa atau permohonan
seseorang kepada Allah swt dibagi menjadi beberapa bagian.
Pertama,
as sual bi latdzi yaitu permohonan yang disampaikan kepada Allah swt secara
lisan. Inilah yang lazim disebut doa.
Kedua,
as sual bil hal, yakni permohonan yang tidak diungkapkan secara lisan, namun
melalui sikap atau kondisi tertentu yang diperlihatkan. Misalnya, seorang fakir
yang ingin memenuhi kebutuhannya. Kemudian ia datang kehadapan orang kaya.
Ketiga,
as sual bil isti’dad, yaitu permohonan yang paling tinggi derajatnya, karena
doa jenis ini bersifat khafi ( samar). Dalam hal ini, isti’dad (persiapan) yang
dimaksud adalah menyiapkan diri untuk mnerima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar