Selasa, 01 Juli 2014

BERDO'A BUKAN SEKEDAR MEMINTA




Setiap orang tentu mempunyai keinginan, karena salah satu tanda kehidupan adalah adanya keinginan. Bahkan, keinginan tersebut berupa kematian, hal itu menunjukan adanya kehidupan. Begitu juga saat seseorang sedang tidak ingin apa-apa, sejatinya ketidakinginan itu pun merupaka suatu keinginan.
Beragam harapan, keinginan, dan impian dalam diri seseorang menjadikannya dinamisdan berkembang sesuai dengan keinginannya, yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Ketika seseorang ingin mendapat kekayaan, ia mencurahkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk mewujudkan keinginan tersebut, seolah-olah malam dijadikan siang, kepala dijadikan kaki dan darah menjadi keringatnya. Itulah pengaruh kuatnya keinginan terhadap tindakan dan pikirannya.
Bagi seorang mukmin, segala keinginan yang berkecamuk dalam dirinya tidak akan serta merta membutakannya. Sebab, mukmin sejati paham bahwa segala harapan dan keinginan harus dilandasi dengan sesuatu yang mampu menjinakan keinginannya. Karena ia tahu betul ada dzat yang menentukan segalanya. Dan, landasan utama dalam setiap harapan serta keinginan itu adalah Allah swt.
Ketika seseorang memiliki harapan, kemudian ia menyandarkan harapan tersebut pada Allah swt, maka itulah doa.
ARTI DOA
Doa berasal dari kata “da’a-yad’u-da’watan”, yang secara harfiah berarti meminta . dalam kitab subulus salam menyatakan bahwa secara umum, kata doa digunakan bagi anjuran untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya, “da’autu fulanan” yang berarti saya memohon bantuan si fulan atau saya meminta kepada si fulan.
Sementara itu, muhyidin ibn ‘arabi, seorang sufi dari mursia, spanyol, memaparkan kata doa dengan istilah “as-sual”yang berarti permohonan. Doa atau permohonan seseorang kepada Allah swt dibagi menjadi beberapa bagian.
Pertama, as sual bi latdzi yaitu permohonan yang disampaikan kepada Allah swt secara lisan. Inilah yang lazim disebut doa.
Kedua, as sual bil hal, yakni permohonan yang tidak diungkapkan secara lisan, namun melalui sikap atau kondisi tertentu yang diperlihatkan. Misalnya, seorang fakir yang ingin memenuhi kebutuhannya. Kemudian ia datang kehadapan orang kaya.
Ketiga, as sual bil isti’dad, yaitu permohonan yang paling tinggi derajatnya, karena doa jenis ini bersifat khafi ( samar). Dalam hal ini, isti’dad (persiapan) yang dimaksud adalah menyiapkan diri untuk mnerima 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar