Rabu, 04 Januari 2017

1. Pendahuluan Etika Sebagai Tinjauan

A.    PENGERTIAN ETIKA
            Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti hati nurani ataupun perikelakuan yang pantas (atau yang diharapkan). Secara sederhana hal itu kemudian diartikan sebagai ajaran tentang perikelakuan yang didasarkan pada perbandingan mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
· Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
· Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
·  Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
           
            Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu di lakukan dan yang perlu di pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan.

B. BASIS TEORI ETIKA
1.  Etika Deskriptif
            Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
1.      Etika Normatif
            Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
3.  Etika Teleologi
            Suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa akibat yang baik dan berguna. Dari sudut pandang “apa tujuannya”, etika teleologi dibedakan menjadi dua yaitu:
Teleologi Hedonisme (hedone= kenikmatan) yaitu tindakan yang bertujuan untuk mencari kenikmatan dan kesenangan.
             Teleologi Eudamonisme (eudamonia=kebahagiaan) yaitu tindakan yang bertujuan mencari kebahagiaan hakiki.
4.  Etika Deontologi
            Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Jadi, etika Deontologi  yaitu tindakan dikatakan baik bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik, melainkan berdasarkan tindakan itu baik untuk dirinya sendiri.

C.    PRINSIP-PRINSIP ETIKA
            Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat ratusan macam ide agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran.
1)   Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.
2)   Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3)   Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
4)   Prinsip Keadilan
kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.
5)   Prinsip Kebebasan
sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
· kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan.
· kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan pilihannya tersebut.
· kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
6)   Prinsip Kebenaran
            Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat diterima sebagai suatu kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.

            Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.

D.    EGOISM
            Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang. Egoisme ini tidak memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umumnya dan hanya memikirkan diri sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa egoisme merupakan suatu perasaan yang lebih mementingkan kepentingan dan urusan pribadinya serta lebih mengutamakan kebahagian dan keuntungan yang harusnya ia dapatkan bagi dirinya sendiri, tanpa peduli dengan keadaan sekitarnya.
Egoisme dibagi menjadi 2 (dua ) yaitu :
1.      Egoisme Etis
2.      Egoisme Psikologis

Pengertian Egoisme Etis
Egoisme etis adalah pandangan bahwa tindakan setiap orang bertujuan untuk mengejar sesuatu yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Egoisme ini dapat menjadi persoalan serius ketika secara signifikan berhubungan dengan hedonisme, yaitu ketika kebahagian dan kepentingan pribadi semata-mata hanya kenikmatan fisik yang bersifat vulgar. Artinya, yang baik secara moral disamakan begitu saja dengan kesenangan dan kenikmatan. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.

Pengertian Egosime Psikologis
Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan ahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme psikologis dapat didefinisikan juga sebagai pandangan yang menyatakan bahwa semua orang selalu dimotivasi oleh sebuah perbuatan atau perilaku demi kepentingan dirinya belaka. Egoisme ini disebut psikologis karena terutama mau mengungkapkan, bahwa motivasi satu-satunya dari manusia dalam melakukan perilaku apa saja adalah untuk mengejar kepentingannya sendiri.

 Kelemahan Teori Egoisme
1.      Egoisme tidak mengutamakan kemurahan hati karena mengejar kepentingan diri sendiri
2.      Merusak hubungan dan nilai murni yang tidak dapat diterapkan
3.      Nilai sosial dalam bermasyarakat tidak dapat ditanamkan
4.      Melahirkan individu yang pentingkan diri

Kekuatan Teori Egoisme
1.      Kepuasan sendiri dapat dicapai
2.      Membantu dalam membina keyakinan dan prinsip sendiri yang kuat
3.      Egoisme juga dapat membantu sesuatu tanpa bantuan orang lain.

CONTOH-CONTOH EGOISME
·         Tindakan yang terjadi saat situasi peperangan, british menaklukan negara-negara melayu pada saat sebelum malaysia merdeka, tindakan british mengekploitasi bahan mentah dinegeri-negeri melayu untuk tujuan kepentingan diri. Dalam situasi ini british dianggap golongan bangsawan manakala orang tempatan.
·         Ketika seseorang melakukan diskusi kelompok tetapi seseorang tersebut menginginkan agar orang lain menerima dan mengikuti pendapatnya
·         Pada pemilihan caleg atau capres didalam kegiatan kampanye yang sebenarnya untuk mereka sendiri dengan memberikan bantuan kepada masyarakat yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam kepentingan mereka sendiri
·         Tindakan di dalam kelas seseorang ingin menjadi yang terkenal diantara teman-teman yang lainnya dikelas , dengan cara seseorang tersebut sering bertanya-tanya terhadap dosen guna mencari perhatian
·         Tindakan seseorang memilih untuk membelanjakan uangnya untuk diri sendiri daripada menderma kepada tabung kebajikan
·         Tindakan di situasi kebakaran, seseorang tidak menyelamatkan mangsa kebakaran karena khawatir akan membahayakan nyawa sendiri
·         Tindakan memilih untuk tidak menolong orang buta melintas jalan karena ingin sampai ke tempat kerja pada waktu yang ditetapkan
·         Seseorang yang merokok ditempat atau kendaraan umum. Dengan seenaknya ia menghisap dan mengeluarkan asap rokok tanpa memperhatikan orang-orang yang disekitarnya.
·         Bisa juga didalam sebuah keluarga , pada saat berkumpul bersama anggota keluarga dirumah, ketika salah satu anggota keluarga entah itu adik, kakak, ibu atau ayahnya menonton acara televisi favoritnya tanpa peduli pada orang lain dengan berbagi dengan siapapun.

·         Tindakan dalam kehidupan sehari-hari lainnya seperti dalam membeli karcis, pada saat mengantri panjang lalu menyerobot antrian yang didepannya agar dia dapat membeli karcis lebih cepat tanpa memikirkan orang yang mengantri didepannya padahal belum saat gilirannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar